Artikel

KUNCI SEGALA KESULITAN

Setelah melantunkan dzikir-dzikir thariqah bersama jamaah pada pengajian rutin Jum'at Kliwon (19 Ramadhan 1437/23 Juni 2016) di Gedung Kanzus Sholawat, Maulana Habib Luthfi bin Yahya menguraikan Bab Yakin dalam kitab Jami' Ushul al-Auliya'. Yakin yang pertama adalah terhadap syariat Allah. Allah Swt. menghalalkan sesuatu, kita yakin untuk menghalalkannya.

Malam itu (Kamis, 16/06/2016) dibacakan beberapa hadits dalam kitab Fath al-Bari pada Kitab (bab) ash-Shalat dalam Pengajian Ramadhan di kediaman Maulana Habib Luthfi bin Yahya Pekalongan. Satu yang ditugasi untuk membacakan kitab tersebut, sedang para peserta lainnya menyimak dengan seksama dan sesekali saling tukar argumen.

Maulana Habib Luthfi bin Yahya dalam Pengajian Ramadhan Tafsir al-Jalalain (Selasa, 7/6/2016), mengingatkan tentang pentingnya memahami ilmu tauhid sebagai dasar mengkaji tafsir al-Quran. Salah satu faktor kelemahan pesantren biasanya terletak pada minimnya bahasan ilmu tauhid, masih terbatas hanya pada sifat wajib, jaiz dan mustahil, sifat-sifat yang jumlahnya 50 (Aqaid al-Khamsin).

Maulana Habib Luthfi bin Yahya belajar tafsir al-Quran menghabiskan waktu selama 11 tahun. Habib Luthfi mengingatkan dalam pembukaan pengajian Ramadhan di kediamannya (Senin, 6/6/2016), bahwa al-Quran memiliki makna dzahir dan bathin.

Saya pernah ditanya: “Bib, keistimewaannya ziarah walisongo apa?”, saya jawab: “Isin (malu, red.)!” Jawaban saya masih dikejar: “Lho, bukannya istimewanya ada pada berkah (mencari berkah, red.)”. “Bukan. Terlalu tinggi itu buat saya.” Tandas saya.

Kenapa di Indonesia tidak bosan dengan Maulid Nabi? Ini pertanyaan nylekit (mengusik), tapi harus dijawab. Maulid Nabi digelar untuk maksud mengenal Kanjeng Nabi, tidak sekadar mengetahui Kanjeng Nabi saja. Mencintai Nabi harus dimulai dari mengetahui Kanjeng Nabi. Mana mungkin disebut cinta Nabi jika tak mengetahui Kanjeng Nabi?